Terkadang tulisan atau perkataan tidak sepenuhnya mewakili
perasaan ataupun pikiran kita yang sebenarnya. Kadang yang terungkap adalah
kebalikannya. Tergantung dari tujuannya entah itu untuk status facebook,
twitter atau bahkan keadaan yg sebenarnya. Mungkin versi yang akan kuceritakan
disini adalah sepotong kisahku yang mungkin akan sedikit mengurangi bebanku
selama ini.
Terkadang kita membutuhkan orang
lain untuk menilai diri kita seperti apa. Entah itu cekstuw (cukup tahu) atau
memang karena sebagai ajang untuk introspeksi diri untuk menjadi insan yang
lebih baik tapi biasanya sangat jarang orang yang bisa jujur sekalipun itu
teman dekat semuanya munafik. Mereka akan ceplas-ceplos tatkala ketika pada
suatu kondisi tertentu tanpa harus kita minta untuk dinilai. Aku paham bahwa
sifat orang itu berbeda satu sama lain.
Ketika aku bertanya orang seperti apa aku ini? Tentunya kalau ada
yang tidak sesuai dengan penilaianku
sendiri maka akan timbul suatu penolakan atau suatu alasan mengapa aku seperti
itu bahkan memang pada dasarnya tidak
bermaksud demikian.
Selama di perantauanku ini
menurutku adalah suatu ajang pembuktian jati diri dimana semuanya harus dengan
pertimbangan, pemikiran dan tindakan dalam mengambil keputusanku sendiri.
Apapun yang ku lakukan terlepas itu salah atau benar akan menjadi resiko yang
harus ku tanggung. Sekalipun disini aku menjadi seorang Pekerja Seks Komersil
(PSK), pencuri, atau tindakan kriminal lainnya dampak terbesarnya juga akan
kembali pada diriku sendiri.
“Dunia ini panggung sandiwara”, “hidup ini adalah pilihan”, “dunia ini penuh dengan kepalsuan” beberapa kalimat yang jelas bahwa dunia ini suatu amanah yang sangat berat. Siapa yang menang dia akan berkuasa dan siapa yang kalah akan diabaikan bahkan tidak dianggap sama sekali. Namun aku tidak ingin larut dalam hal itu karena aku yakin bahwa setiap orang berpikir dengan idealismenya masing-masing. Menurutku hidup itu hanya sebagai wadah untuk menandakan bahwa kita ada dan pembuktian eksistensi manusia terlepas apa yang ingin kita lakukan di dalamnya.
Aku bersyukur aku bisa kuliah
karena banyak sekali teman-temanku yang ingin kuliah tapi finansialnya tidak
cukup. Selama menjadi mahasiswa tentunya mengalami suatu sikon yang berubah-
ubah setiapwaktu kadang itu sudah bisa di prediksikan dan juga yang tidak
terduga.mulai dari uang bulanan yang telat dikirimkan oleh orangtua, uang
bulanan habis sebelum waktunya, kehilangan barang yang mengharuskan untuk
menggantinya atau suatu keperluan mendadak, kesibukan antara tugas dan organisasi,
belum lagi jika dilanda demam suka dengan seorang pria galaunya minta ampun.
Semuanya sudah pernah kurasakan di perkuliahanku ini.
Kita tidak bisa memaksakan
pemikiran ataupun kemauan kita harus sama dengan orang lain karena sekali lagi
bahwa kita adalah orang-orang yang berbeda. Ketika disuatu kondisi misalnya kau
dituduh mencuri hanya karena alibi bahwa kau ada di tempat kejadian atau orang
yang sering datang k tempat kejadian dan orang-orang menyalahkanmu, benci dan
tidak ingin berteman denganmu. Menurutku itu bukan salah kita ataupun
menyalahkan orang lain (jika memang tidak mencuri) mereka bebas berekspresi
dengan pemikiran mereka sendiri begitupun dengan kita sendiri bebas tetap pada
argumen, alasan dan penolakan terhadap fitnah tersebut. Tapi jika aku dituduh
mencuri aku hanya akan mengatakan “ sekalipun aku tidak punya uang, mencuri
tidak akan pernah kujadikan suatu pilihan. orangtuaku masih mampu , sekalipun
sudah tidak mampu membiayaiku tetap insya Allah aku tidak akan mencuri ”. jika
mereka tetap tidak percaya, maka kecilkanlah suaramu biarkanlah Allah yang
membuktikannya.
Sungguh beragam orang-orang yang
kukenal sekarang. Aku sangat bersyukur pernah mengenal kalian walaupun ada yang
tidak kusuka tapi kalian telah mengisi lembaran cerita hidupku. Apabila kalian
hilang maka ibarat suatu cerita yang satu atau dua lembar halamnnya hilang maka
tidak sempurnalah cerita tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar