Rabu, 27 Februari 2013

Mencoba Berpikir untuk Masyarakat


Pernah suatu ketika tanpa ada perencanaan dan pemikiran sebelumnya aku berkhayal di dalam lamunanku tentang suatu kegiatan yang menurutku harus aku lakukan dan langsung perasaanku tersentak dan meyakini hatiku bahwa aku harus bisa melakukannya. Khayalan ini tampak sederhana tapi tidak mudah. Aku berkhayal membuat suatu TAMAN BACA di rumah nenekku yang jarang di tempati semenjak aku dan ibuku pindah dan kakekku meninggal dunia. Rumah itu ingin ku hias sebagai taman belajar untuk anak-anak maupun remaja atau orang dewasa mengingat di desaku itu bukan hanya dilanda krisis ekonomi tapi juga krisis pendidikan dan bahkan krisis moral. Dengan semakin tidak terbatasnya informasi di zaman yang serba canggih ini tidak hanya memberikan dampak positif namun banyak juga hal-hal negatif muncul karenanya, pengguna informasi seperti orang desa itu perlu ada pengarahan dan pembimbing dari orang yang lebih paham dan mengerti dalam hal ini peranan semua pihak sangat diperlukan terutama orangtua, guru dan ahlinya namun itu tak semudah yang dibayangkan karena banyak yang harusnya menjadi pembimbing itu ternyata belum tahu bahkan buta tentang hal itu jadi bagaimana bisa mengajarkan kepada anak, muridnya sedangkan mereka juga tidak tahu.

Tidak berhenti distu dampaknya banyak remaja desaku yang menjadi korban dari zaman ini khusunya untuk yang cewek terdengar kabar banyak yang hamil di luar nikah dan menikah di usia muda, sudah tidak perawan lagi, serta pakaian-pakaiannya yang kurang kain itu belum lagi cowoknya menindik telinga bak seorang cewek, memakai kalung bak seorang anjing, memakai celana yang robek-robek bak pengemis yang compang-camping dan dengan bangganya mereka menyebutnya GAUL. Cara bertuturnyapun sudah jauh dari sopan dan halus dan itu sudah lebih kasar sekasar-kasarnya. Orang tua atau orang dewasa sudah kehilangan peran utama mereka sebagai teladan bagi kami yang lebih muda, mereka juga tidak mau kalah ikut-ikutan memakai busana yang sangat ketat alias baju adik, berjudi, menyabung ayam dan berimbas kepada anak-anaknya. Keegoisan orangtua membuat anak-anak tumbuh dengan tidak semestinya mereka seakan lupa akan pengajaran budi pekerti yang baik, belajar agama, saling menghargai sesama, saling tolong menolong sehingga tidak heran di desaku itu banyak anak-anak sudah berumur baligh belum bisa shalat dan mengaji, kalaupun ada yang menghapal bacaan sholat tidak pernah dilakukan sebagaimana yang diwajibkan, anak-anak yang tidak tahu lagu anak-anak malahan lagunya orang dewasa tentang cinta mereka hapal, budi pekerti jika bertemu dengan orang dan hendak permisi sudah jarang terdengung di masyarakat.

Yang patut di pertanyakan adalah SIAPAKAH YANG SALAH DALAM HAL INI? Ya, tidak ada yang benar alias semua yang terlibat itu salah. Buat apa ada orangtua kalau mereka tidak bisa mengurus, mengerti dan mengajar anaknya menjadi seorang yang baik? Buat apa ada lembaga pendidikan kalau mereka tidak bisa memberikan pendidikan yang mendidik bagi muridnya? Buat apa ada masyarakat kalau tidak bisa saling nasihat-menasihati? Buat apa ada pemerintah yang tidak bisa melakukan pemerataan pembangunan dan penyediaan tempat serta fasilitas yang lebih banyak untuk memperlancar proses pembangunan sumber daya manusia? Dan buat apa ada Mahasiswa dan Sarjana kalau mereka tidak bisa menjadi generasi pembangun, penyalur aspirasi antara masyarakat dan pemerintah?

Disinilah letak keprihatinan saya sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai mahasiswa yang katanya disebut-sebut sebagai “Agent Of Changes” yang bermimpi untuk mengubah cara pandang masyarakat desaku menjadi lebih baik, dimana mereka bukan hanya menjadi suami yang bekerja serabutan, istri yang hanya sekedar menjadi ibu rumah yang pekerjaannya memasak, melahirkan dan sebagainya atau seorang anak yang tidak lanjut sekolah karena tidak mempunyai biaya sehingga menjadi pengangguran yang malas dan akan berlanjut seperti itu ke generasi berikutnya. dengan memulai langkah pada anak-anak yang masih mudah diatur dan dibina melalui pelatihan Gemar membaca buku di Taman Baca sehingga pada akhirnya akan tumbuh menjadi seorang yang lebih berguna bagi keluarga, lingkungan dan negaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar