Pernah
suatu ketika tanpa ada perencanaan dan pemikiran sebelumnya aku
berkhayal di dalam lamunanku tentang suatu kegiatan yang menurutku
harus aku lakukan dan langsung perasaanku tersentak dan meyakini
hatiku bahwa aku harus bisa melakukannya. Khayalan ini tampak
sederhana tapi tidak mudah. Aku berkhayal membuat suatu TAMAN BACA di
rumah nenekku yang jarang di tempati semenjak aku dan ibuku pindah
dan kakekku meninggal dunia. Rumah itu ingin ku hias sebagai taman
belajar untuk anak-anak maupun remaja atau orang dewasa mengingat di
desaku itu bukan hanya dilanda krisis ekonomi tapi juga krisis
pendidikan dan bahkan krisis moral. Dengan semakin tidak terbatasnya
informasi di zaman yang serba canggih ini tidak hanya memberikan
dampak positif namun banyak juga hal-hal negatif muncul karenanya,
pengguna informasi seperti orang desa itu perlu ada pengarahan dan
pembimbing dari orang yang lebih paham dan mengerti dalam hal ini
peranan semua pihak sangat diperlukan terutama orangtua, guru dan
ahlinya namun itu tak semudah yang dibayangkan karena banyak yang
harusnya menjadi pembimbing itu ternyata belum tahu bahkan buta
tentang hal itu jadi bagaimana bisa mengajarkan kepada anak, muridnya
sedangkan mereka juga tidak tahu.
Tidak
berhenti distu dampaknya banyak remaja desaku yang menjadi korban
dari zaman ini khusunya untuk yang cewek terdengar kabar banyak yang
hamil di luar nikah dan menikah di usia muda, sudah tidak perawan
lagi, serta pakaian-pakaiannya yang kurang kain itu belum lagi
cowoknya menindik telinga bak seorang cewek, memakai kalung bak
seorang anjing, memakai celana yang robek-robek bak pengemis yang
compang-camping dan dengan bangganya mereka menyebutnya GAUL. Cara
bertuturnyapun sudah jauh dari sopan dan halus dan itu sudah lebih
kasar sekasar-kasarnya. Orang tua atau orang dewasa sudah kehilangan
peran utama mereka sebagai teladan bagi kami yang lebih muda, mereka
juga tidak mau kalah ikut-ikutan memakai busana yang sangat ketat
alias baju adik, berjudi, menyabung ayam dan berimbas kepada
anak-anaknya. Keegoisan orangtua membuat anak-anak tumbuh dengan
tidak semestinya mereka seakan lupa akan pengajaran budi pekerti yang
baik, belajar agama, saling menghargai sesama, saling tolong menolong
sehingga tidak heran di desaku itu banyak anak-anak sudah berumur
baligh belum bisa shalat dan mengaji, kalaupun ada yang menghapal
bacaan sholat tidak pernah dilakukan sebagaimana yang diwajibkan,
anak-anak yang tidak tahu lagu anak-anak malahan lagunya orang dewasa
tentang cinta mereka hapal, budi pekerti jika bertemu dengan orang
dan hendak permisi sudah jarang terdengung di masyarakat.
Yang
patut di pertanyakan adalah SIAPAKAH YANG SALAH DALAM HAL INI? Ya,
tidak ada yang benar alias semua yang terlibat itu salah. Buat apa
ada orangtua kalau mereka tidak bisa mengurus, mengerti dan mengajar
anaknya menjadi seorang yang baik? Buat apa ada lembaga pendidikan
kalau mereka tidak bisa memberikan pendidikan yang mendidik bagi
muridnya? Buat apa ada masyarakat kalau tidak bisa saling
nasihat-menasihati? Buat apa ada pemerintah yang tidak bisa
melakukan pemerataan pembangunan dan penyediaan tempat serta
fasilitas yang lebih banyak untuk memperlancar proses pembangunan
sumber daya manusia? Dan buat apa ada Mahasiswa dan Sarjana kalau
mereka tidak bisa menjadi generasi pembangun, penyalur aspirasi
antara masyarakat dan pemerintah?
Disinilah
letak keprihatinan saya sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai
mahasiswa yang katanya disebut-sebut sebagai “Agent Of Changes”
yang bermimpi untuk mengubah cara pandang masyarakat desaku menjadi
lebih baik, dimana mereka bukan hanya menjadi suami yang bekerja
serabutan, istri yang hanya sekedar menjadi ibu rumah yang
pekerjaannya memasak, melahirkan dan sebagainya atau seorang anak
yang tidak lanjut sekolah karena tidak mempunyai biaya sehingga
menjadi pengangguran yang malas dan akan berlanjut seperti itu ke
generasi berikutnya. dengan memulai langkah pada anak-anak yang masih mudah diatur dan dibina melalui pelatihan Gemar membaca buku di Taman Baca sehingga pada akhirnya akan tumbuh menjadi seorang yang lebih berguna bagi keluarga, lingkungan dan negaranya.