Ok Guys. Jujur aja kalian pasti
pernah mendapatkan pengalaman yang memorable
banget selama hidup di dunia ini, ya iyalah kalau udah mati kan gak bisa
nostalgia pengalaman lagi hehehe. Sesuatu yang mungkin sampai tua kita tidak
bisa lupakan alias akan kita kenang selalu. Kecuali kalau sudah tua udah pikun
kali ya atau mungkin ada yang amnesia ya gak bakalan ingat. Aahhaha sudahlah !
Sore ini aku nemenin ibuku ke
sekolahnya buat ngeprint berkas-berkasnya. Jadi aku disuruh ikut untuk bantu
kerempongan beliau. Singkat cerita, aku ketemu sama guru matematikaku waktu MTs
dulu yang sekarang sudah pindah di sekolah tempat ibuku mengajar juga.
Posisinya beliau masuk ruang TU terus ngobrol sama ibuku dan tentu saja
ngelihat ke aku sih pastinya secara hanya ada kami disana. Sumpah ini awkward moment banget. dalam hati
bilang, “sanyum gak ya?, salaman gak ya? sapa gak ya?” hahaha langsung berhenti
mikir ketika beliau keluar ruangan. Haaaa legaaaa bro! dan untungnya aku pake
masker jadi tampang grogiku gak begitu kelihatan. Aduhhh pak pliss deh.
Talking about math, siapa sih
yang suka? Yakin deh pasti sebagian besar siswa ada yang gak suka karena ribet,
pusing, dan penyebab utamanya biasanya gurunya terkenal killer dan gak asik. Termasuk
aku nih bukan math lover. Dan karena berbagai macam alasan tersebut setiap
pelajaran matematika gak pernah nyambung di otakku. Fortunately, aku sebangku
sama math lover. Dia sahabatku yang paling unik
namanya Tuti (Tukang Tipu). Aku bakalan minta penjelasan tentang apa
inti dari pelajaran matik yang sudah dijelaskan sama bapaknya sampai aku
ngerti. Kalau udah mentok gak ngerti, yaaaaa nyontoh PR nya dia lah gak peduli
paham atau enggak. wkwkwk *Plisss ini jangan dicontoh ya guys!
Paling deg-deg an itu ketika
disuruh maju ke papan tulis untuk
ngerjain soal yang sudah disiapkan sama bapaknya. Sistemnya anti mainstream
loh, mungkin kalau guru yang lain bakalan nanya “siapa yang mau maju ngerjain
soal-soal ini?” dan kita masih bisa milih soal mana yang mau kita kerjain.
Berbeda dengan cara beliau. Jadi, semua yang tergolong peringkat 10 besar wajib
maju ke depan mengerjakan soal yang dimulai dari peringkat 10 hingga peringkat
1. Jika peringkat 10 tidak dapat mengerjakan atau jawabannya salah akan di
kerjakan ulang oleh peringkat 9 dan seterusnya hingga peringkat 1. Masalahnya
adalah pada waktu itu aku peringkat 1 di kelasku dan peringkat 3 besar harus
bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Jika tidak harus lari keliling
lapangan beberapa putaran. Itu bukan ancaman loh terbukti kelas sebelah sudah
ada yang menjadi korban. Alhamdulillahnya aku tidak pernah disuruh lari seperti
itu. Itu bukan karena aku pintar but I
was just lucky.
Parahnya, dulu aku karena sering
mengandalkan Tuti untuk bantu aku setiap pelajaran matematika. Nah pada waktu
itu dia lagi sakit dan gak masuk sekolah. Kebetulan hari itu ada pelajaran
matematika dan aku udah senang banget karena bapaknya tidak mengajar melainkan
hanya disuruh ngerjain soal di kertas dan dikumpulkan sebelum istirahat.
Jadilah aku dengan cuek dan PD nya ngerjain sendiri tanpa tolah toleh padahal
yang lain saling kerjasama ngerjainnya. WALHASIL setelah istirahat bapaknya
bagiin hasilnya. Jeng jeng jeng I got bad
score guys. The others got 100 and no
one got score under 60 except me. It was 40 ! Uuuu sebenarnya biasa aja sih
aku tapi yang nyebelinnya he announced
those scores in front of my class and commented my score. OMG semacam
dipermalukan sih. Perasaan udah gak enak banget, aku tambah gak suka matematika
dan benci banget sama guru itu. But he
gave me a chance to fix my score with one requirement, I must get perfect score
(100). Okelah, setelah itu dikasi
jadwal yang kebetulan remedial bareng Tuti jadi aku lebih lega lah gak
sendirian di ruang guru dan masih ada waktu buat belajar bareng dia.
Singkat cerita, di ruang guru
pada jam istirahat kami di suruh duduk agak berjauhan dan diberikan soal dengan
materi yang sama, yaitu tentang quartil kalo gak salah. Yah aku ngerjainnya
cukup hati-hati sih karena merasa beban aja sih harus mendapatkan nilai
sempurna apalagi sebelumnya udah dimarahin ibuku karena dikasi tahu oleh salah
satu guru yang juga temannya kalau aku dapat nilai jelek. Duhhhh I did it with under pressure. Dan tak
lama setelah itu hasilnya diumumin langsung. Jeng jeng jeng ternyata Tuti dapat
nilai 100 dan aku 80. Haaaaaaaaa aku langsung nangis di ruang guru karena
bararti aku harus remedial lagi, sendiri pulaaa. Sumpah aku merasa dipermainkan
sama bapaknya. And the stupid thing was I
beg to him with crying to give me a chance again. And He gave it !
Oke, the
next chance I showed my best. I studied hard with
Tuti until nothing mistakes that I did. Yeah I got it, I GOT THE PERFECT SCORE
! Even I must fall down then rise up. It doesn’t matter. The main point is
never give up to reach your target. I Ever think if he will never treat me like
that, I‘ll never learn about this lesson. Be a positive people !
Thanks to Mr. Sukarmin. May be you are not best teacher I ever met but
you give me chances I’ll never forget. A challenge, a knowledge, a meaning, a
feeling, and experience. It is so precious for me. May Allah always protect and
love wherever you are.
Talemo, 23 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar