Rabu, 14 November 2018

I am Not Math Lover


Ok Guys. Jujur aja kalian pasti pernah mendapatkan pengalaman yang memorable banget selama hidup di dunia ini, ya iyalah kalau udah mati kan gak bisa nostalgia pengalaman lagi hehehe. Sesuatu yang mungkin sampai tua kita tidak bisa lupakan alias akan kita kenang selalu. Kecuali kalau sudah tua udah pikun kali ya atau mungkin ada yang amnesia ya gak bakalan ingat. Aahhaha sudahlah !
Sore ini aku nemenin ibuku ke sekolahnya buat ngeprint berkas-berkasnya. Jadi aku disuruh ikut untuk bantu kerempongan beliau. Singkat cerita, aku ketemu sama guru matematikaku waktu MTs dulu yang sekarang sudah pindah di sekolah tempat ibuku mengajar juga. Posisinya beliau masuk ruang TU terus ngobrol sama ibuku dan tentu saja ngelihat ke aku sih pastinya secara hanya ada kami disana. Sumpah ini awkward moment banget. dalam hati bilang, “sanyum gak ya?, salaman gak ya? sapa gak ya?” hahaha langsung berhenti mikir ketika beliau keluar ruangan. Haaaa legaaaa bro! dan untungnya aku pake masker jadi tampang grogiku gak begitu kelihatan. Aduhhh pak pliss deh.
Talking about math, siapa sih yang suka? Yakin deh pasti sebagian besar siswa ada yang gak suka karena ribet, pusing, dan penyebab utamanya biasanya gurunya terkenal killer dan gak asik. Termasuk aku nih bukan math lover. Dan karena berbagai macam alasan tersebut setiap pelajaran matematika gak pernah nyambung di otakku. Fortunately, aku sebangku sama math lover. Dia sahabatku yang paling unik  namanya Tuti (Tukang Tipu). Aku bakalan minta penjelasan tentang apa inti dari pelajaran matik yang sudah dijelaskan sama bapaknya sampai aku ngerti. Kalau udah mentok gak ngerti, yaaaaa nyontoh PR nya dia lah gak peduli paham atau enggak. wkwkwk *Plisss ini jangan dicontoh ya guys!

Paling deg-deg an itu ketika disuruh maju ke papan tulis  untuk ngerjain soal yang sudah disiapkan sama bapaknya. Sistemnya anti mainstream loh, mungkin kalau guru yang lain bakalan nanya “siapa yang mau maju ngerjain soal-soal ini?” dan kita masih bisa milih soal mana yang mau kita kerjain. Berbeda dengan cara beliau. Jadi, semua yang tergolong peringkat 10 besar wajib maju ke depan mengerjakan soal yang dimulai dari peringkat 10 hingga peringkat 1. Jika peringkat 10 tidak dapat mengerjakan atau jawabannya salah akan di kerjakan ulang oleh peringkat 9 dan seterusnya hingga peringkat 1. Masalahnya adalah pada waktu itu aku peringkat 1 di kelasku dan peringkat 3 besar harus bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Jika tidak harus lari keliling lapangan beberapa putaran. Itu bukan ancaman loh terbukti kelas sebelah sudah ada yang menjadi korban. Alhamdulillahnya aku tidak pernah disuruh lari seperti itu. Itu bukan karena aku pintar but I was just lucky.

Parahnya, dulu aku karena sering mengandalkan Tuti untuk bantu aku setiap pelajaran matematika. Nah pada waktu itu dia lagi sakit dan gak masuk sekolah. Kebetulan hari itu ada pelajaran matematika dan aku udah senang banget karena bapaknya tidak mengajar melainkan hanya disuruh ngerjain soal di kertas dan dikumpulkan sebelum istirahat. Jadilah aku dengan cuek dan PD nya ngerjain sendiri tanpa tolah toleh padahal yang lain saling kerjasama ngerjainnya. WALHASIL setelah istirahat bapaknya bagiin hasilnya. Jeng jeng jeng I got bad score guys. The others got 100 and no one got score under 60 except me. It was 40 ! Uuuu sebenarnya biasa aja sih aku tapi yang nyebelinnya he announced those scores in front of my class and commented my score. OMG semacam dipermalukan sih. Perasaan udah gak enak banget, aku tambah gak suka matematika dan benci banget sama guru itu. But he gave me a chance to fix my score with one requirement, I must get perfect score (100).  Okelah, setelah itu dikasi jadwal yang kebetulan remedial bareng Tuti jadi aku lebih lega lah gak sendirian di ruang guru dan masih ada waktu buat belajar bareng dia.

Singkat cerita, di ruang guru pada jam istirahat kami di suruh duduk agak berjauhan dan diberikan soal dengan materi yang sama, yaitu tentang quartil kalo gak salah. Yah aku ngerjainnya cukup hati-hati sih karena merasa beban aja sih harus mendapatkan nilai sempurna apalagi sebelumnya udah dimarahin ibuku karena dikasi tahu oleh salah satu guru yang juga temannya kalau aku dapat nilai jelek. Duhhhh I did it with under pressure. Dan tak lama setelah itu hasilnya diumumin langsung. Jeng jeng jeng ternyata Tuti dapat nilai 100 dan aku 80. Haaaaaaaaa aku langsung nangis di ruang guru karena bararti aku harus remedial lagi, sendiri pulaaa. Sumpah aku merasa dipermainkan sama bapaknya. And the stupid thing was I beg to him with crying to give me a chance again. And He gave it !

Oke, the next chance I showed my best. I studied hard with Tuti until nothing mistakes that I did. Yeah I got it, I GOT THE PERFECT SCORE ! Even I must fall down then rise up. It doesn’t matter. The main point is never give up to reach your target. I Ever think if he will never treat me like that, I‘ll never learn about this lesson. Be a positive people !
Thanks to Mr. Sukarmin. May be you are not best teacher I ever met but you give me chances I’ll never forget. A challenge, a knowledge, a meaning, a feeling, and experience. It is so precious for me. May Allah always protect and love wherever you are.


Talemo, 23 Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar