Senin, 14 Desember 2015

Rindu Rantau (Homesick) . . .

Bahagia itu apabila kita mendapati suasana yang indah dan menenangkan . . .
Bahagia itu apabila kita menikmati sentuhan yang dapat memebuat kita merasa aman . . .
Bahagia itu apabila kita mempunyai keluarga yang lengkap dan rukun . . .
Bahagia itu apabila kita bisa berkumpul dengan mereka kapanpun dan dimanapun . . .
Bahagia itu apabila aku dan mereka bisa bersama dalam ikatan keluarga yang harmonis . . .

Maha Besar Allah atas segala nikmat dan anugerah yang telah diberikan-Nya, Maha Suci Allah masih mengizinkan kita bersatu dalam sebuah ikatan keluarga yang saling menyayangi satu sama lain. Sungguh ini salah satu pemberian-Nya yang sangat berharga dan sepatutnya untuk kita syukuri. Keluarga adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki keterikatan, baik itu hubungan darah, maupun secara emosional. Seperti yang  kita tahu bahwa keluarga itu terdiri dari Ayah, Ibu, Adik, Kakak, Tante, Om, Sepupu, Kakek, dan Nenek. Mereka tentu mempunyai kewajiban dan tanggung jawab masing-masing dalam sebuah keluarga. Ayah sebagai kepala keluarga yang menghidupi keluarga (mencari nafkah), ibu membantu mengurusi rumah tangga ,dalam hal mengasuh, mendidik anak dan memanajemen ekonomi keluarga. Anak berkewajiban berbakti, belajar serta membantu meringankan pekerjaan rumah. Begitupun yang lainnya.

Keluarga itu bukan hanya tahu tanggung jawab dan kewajibannya, tapi mampu menjalankannya hingga tercapai suatu tujuan keluarga yang pada dasarnya merupakan tempat nyaman bagi kita untuk kembali. Hal tersebut yang paling dan sangat dirindukan oleh perantau. Yaitu orang yang meninggalkan keluarganya, tempat tinggalnya, negaranya untuk mengejar cita-citanya, mencari rezeki ataupun suatu keperluan yang lain.  Banyak hal yang kita pertimbangkan untuk merantau, meninggalkan comfort zone kita untuk menjalani suatu hal yang baru yang entah itu lebih baik maupun tidak. Semua tergantung niat dan usaha kita untuk mencapai apa yang menjadi tujuan kita.
Tidak sedikit orang yang berakhir tragis ketika pulang dari rantauannya, seperti sebagian Tenaga Kerja Indonesia yang dikirim ke luar negeri yang pulang ke rumahnya tinggal nama ataupun dalam keadaan cacat. baik cacat fisik, maupun gangguan psikologis. Contoh dekatnya saja, Mahasiswa yang tujuan awalnya merantau adalah untuk menuntut ilmu, menambah pengalaman dan berharap ketika kembali bisa menjadi orang hebat, berpendidikan dan bisa membangun desanya menjadi lebih maju. Namun, seiring dengan proses tersebut, sebagian besar dari mereka menyimpang dari tujuan awal. Gelar sarjana belum di dapat dan pulang membawa aib bagi keluarga, hamil di luar nikah atau kasus penjudian, karena tidak bisa membayar hutang judi sehingga menjadi buronan polisi. Astagfirullahalaziim, imbasnya bukan hanya merendahkan harga diri kita, tapi juga keluarga ikut menanggung malu terutama kedua orangtua. Sungguh pikiran yang pendek dan itu akan berbekas dan menjadi penyesalan yang sampai matipun tidak akan hilang.

Pada kenyataannya ada pula perantau yang sukses dan pulang dengan memabanggakan. Contohnya sebagian para Tenaga Kerja Indonesia yang pulang dengan selamat dan hasil pundi-pundi yang mereka kumpulkan selama jadi TKI dijadikan sebagai modal untuk berbisnis di daerah mereka masing-masing, selain itu ditambah kemampuan mereka dalam berbahasa asing menjadikan mereka dapat berkomunikasi dengan orang luar sehingga link bisnisnya bisa merambah hingga keluar negeri.  Selain itu, mahasiswa berprestasi. Mereka bersungguh-sungguh dalam belajar dan mencari pengalaman positif di tempat rantauannya serta berteman di lingkungan yang baik menjadikannya orang yang luar biasa. Menjadi speaker di setiap kegiatan, pelatih, fasilitator, dan bisa juga jadi profesi apapun yang hebat dan  professional.

Berikut ini adalah kutipan dari Ahmad Fuadi yang dalam bukunga Negeri 5 Menara :

Merantaulah! Gapailah setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu; melipur duka, memulai penghidupan baru, memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, dan meluaskan ilmu.

Rugi kalau stress, mending kita bekerja keras. Wali kelasku pernah memberi motivasi yang sangat mengena di hati. Katanya, kalau ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apapun, maka lakukanlah dengan prinsip “sajtahidu fauzq mustawa al-akhar” bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas di rata-rata yang dilakukan orang lain.

Oh . . . Bapak, Ibu. Sungguh rindu anakmu ini, rindu belaimu, kasihmu dan suasana di rumah kita. Kita dipisahkan oleh jarak karena keputusan anakmu ini untuk merantau yang tidak lain hanya untuk menuntut ilmu, tahu realita kehidupan selain di dalam rumah, dan menambah pengalaman. Terima kasih atas dukungannya baik materil maupun non materiil, maafkan jika anakmu ini menyusahkan dan kalian bersusah payah untukku. Doakanlah semoga apa yang aku dan kalian harapkan bisa tercapai atas ridho-Nya. Amiin

Memang tidak gampang jika hanya mempercayai tulisan, tapi jangan lihat siapa yang menulisnya tapi perhatikanlah apa yang disampaikannya. Semoga bermanfaat ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar