Bahagia itu apabila kita
mendapati suasana yang indah dan menenangkan . . .
Bahagia itu apabila kita
menikmati sentuhan yang dapat memebuat kita merasa aman . . .
Bahagia itu apabila kita
mempunyai keluarga yang lengkap dan rukun . . .
Bahagia itu apabila kita
bisa berkumpul dengan mereka kapanpun dan dimanapun . . .
Keluarga itu bukan hanya
tahu tanggung jawab dan kewajibannya, tapi mampu menjalankannya hingga tercapai
suatu tujuan keluarga yang pada dasarnya merupakan tempat nyaman bagi kita
untuk kembali. Hal tersebut yang paling dan sangat dirindukan oleh perantau.
Yaitu orang yang meninggalkan keluarganya, tempat tinggalnya, negaranya untuk mengejar
cita-citanya, mencari rezeki ataupun suatu keperluan yang lain. Banyak hal yang kita pertimbangkan untuk
merantau, meninggalkan comfort zone
kita untuk menjalani suatu hal yang baru yang entah itu lebih baik maupun
tidak. Semua tergantung niat dan usaha kita untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan kita.
Tidak sedikit orang yang
berakhir tragis ketika pulang dari rantauannya, seperti sebagian Tenaga Kerja
Indonesia yang dikirim ke luar negeri yang pulang ke rumahnya tinggal nama
ataupun dalam keadaan cacat. baik cacat fisik, maupun gangguan psikologis.
Contoh dekatnya saja, Mahasiswa yang tujuan awalnya merantau adalah untuk
menuntut ilmu, menambah pengalaman dan berharap ketika kembali bisa menjadi
orang hebat, berpendidikan dan bisa membangun desanya menjadi lebih maju.
Namun, seiring dengan proses tersebut, sebagian besar dari mereka menyimpang
dari tujuan awal. Gelar sarjana belum di dapat dan pulang membawa aib bagi
keluarga, hamil di luar nikah atau kasus penjudian, karena tidak bisa membayar
hutang judi sehingga menjadi buronan polisi. Astagfirullahalaziim, imbasnya
bukan hanya merendahkan harga diri kita, tapi juga keluarga ikut menanggung
malu terutama kedua orangtua. Sungguh pikiran yang pendek dan itu akan berbekas
dan menjadi penyesalan yang sampai matipun tidak akan hilang.
Pada kenyataannya ada pula perantau yang sukses dan pulang dengan memabanggakan. Contohnya sebagian para Tenaga Kerja Indonesia yang pulang dengan selamat dan hasil pundi-pundi yang mereka kumpulkan selama jadi TKI dijadikan sebagai modal untuk berbisnis di daerah mereka masing-masing, selain itu ditambah kemampuan mereka dalam berbahasa asing menjadikan mereka dapat berkomunikasi dengan orang luar sehingga link bisnisnya bisa merambah hingga keluar negeri. Selain itu, mahasiswa berprestasi. Mereka bersungguh-sungguh dalam belajar dan mencari pengalaman positif di tempat rantauannya serta berteman di lingkungan yang baik menjadikannya orang yang luar biasa. Menjadi speaker di setiap kegiatan, pelatih, fasilitator, dan bisa juga jadi profesi apapun yang hebat dan professional.
Berikut ini adalah kutipan
dari Ahmad Fuadi yang dalam bukunga Negeri 5 Menara :
Merantaulah! Gapailah setinggi-tingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan
untukmu; melipur duka, memulai penghidupan baru, memperkaya budi, pergaulan
yang terpuji, dan meluaskan ilmu.
Rugi
kalau stress, mending kita bekerja keras. Wali kelasku pernah memberi motivasi
yang sangat mengena di hati. Katanya, kalau ingin sukses dan berprestasi dalam
bidang apapun, maka lakukanlah dengan prinsip “sajtahidu fauzq mustawa
al-akhar” bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas di rata-rata yang dilakukan
orang lain.
Oh . . . Bapak, Ibu.
Sungguh rindu anakmu ini, rindu belaimu, kasihmu dan suasana di rumah kita.
Kita dipisahkan oleh jarak karena keputusan anakmu ini untuk merantau yang
tidak lain hanya untuk menuntut ilmu, tahu realita kehidupan selain di dalam
rumah, dan menambah pengalaman. Terima kasih atas dukungannya baik materil
maupun non materiil, maafkan jika anakmu ini menyusahkan dan kalian bersusah
payah untukku. Doakanlah semoga apa yang aku dan kalian harapkan bisa tercapai
atas ridho-Nya. Amiin
Memang tidak gampang jika
hanya mempercayai tulisan, tapi jangan lihat siapa yang menulisnya tapi
perhatikanlah apa yang disampaikannya. Semoga bermanfaat ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar