Sabtu, 02 November 2013

Wow

Terkadang tulisan atau perkataan tidak sepenuhnya mewakili perasaan ataupun pikiran kita yang sebenarnya. Kadang yang terungkap adalah kebalikannya. Tergantung dari tujuannya entah itu untuk status facebook, twitter atau bahkan keadaan yg sebenarnya. Mungkin versi yang akan kuceritakan disini adalah sepotong kisahku yang mungkin akan sedikit mengurangi bebanku selama ini.
Terkadang kita membutuhkan orang lain untuk menilai diri kita seperti apa. Entah itu cekstuw (cukup tahu) atau memang karena sebagai ajang untuk introspeksi diri untuk menjadi insan yang lebih baik tapi biasanya sangat jarang orang yang bisa jujur sekalipun itu teman dekat semuanya munafik. Mereka akan ceplas-ceplos tatkala ketika pada suatu kondisi tertentu tanpa harus kita minta untuk dinilai. Aku paham bahwa sifat orang itu berbeda satu sama lain.
Ketika aku bertanya orang  seperti apa aku ini? Tentunya kalau ada yang  tidak sesuai dengan penilaianku sendiri maka akan timbul suatu penolakan atau suatu alasan mengapa aku seperti itu  bahkan memang pada dasarnya tidak bermaksud demikian.
Selama di perantauanku ini menurutku adalah suatu ajang pembuktian jati diri dimana semuanya harus dengan pertimbangan, pemikiran dan tindakan dalam mengambil keputusanku sendiri. Apapun yang ku lakukan terlepas itu salah atau benar akan menjadi resiko yang harus ku tanggung. Sekalipun disini aku menjadi seorang Pekerja Seks Komersil (PSK), pencuri, atau tindakan kriminal lainnya dampak terbesarnya juga akan kembali pada diriku sendiri.

“Dunia ini panggung sandiwara”, “hidup ini adalah pilihan”, “dunia ini penuh dengan kepalsuan” beberapa kalimat yang jelas bahwa dunia ini suatu amanah yang sangat berat. Siapa yang menang dia akan berkuasa dan siapa yang kalah akan diabaikan bahkan tidak dianggap sama sekali. Namun aku tidak ingin larut dalam hal itu karena aku yakin bahwa setiap orang berpikir dengan idealismenya masing-masing. Menurutku hidup itu hanya sebagai wadah untuk menandakan bahwa kita ada dan pembuktian eksistensi manusia terlepas apa yang ingin kita lakukan di dalamnya.
Aku bersyukur aku bisa kuliah karena banyak sekali teman-temanku yang ingin kuliah tapi finansialnya tidak cukup. Selama menjadi mahasiswa tentunya mengalami suatu sikon yang berubah- ubah setiapwaktu kadang itu sudah bisa di prediksikan dan juga yang tidak terduga.mulai dari uang bulanan yang telat dikirimkan oleh orangtua, uang bulanan habis sebelum waktunya, kehilangan barang yang mengharuskan untuk menggantinya atau suatu keperluan mendadak, kesibukan antara tugas dan organisasi, belum lagi jika dilanda demam suka dengan seorang pria galaunya minta ampun. Semuanya sudah pernah kurasakan di perkuliahanku ini.
Kita tidak bisa memaksakan pemikiran ataupun kemauan kita harus sama dengan orang lain karena sekali lagi bahwa kita adalah orang-orang yang berbeda. Ketika disuatu kondisi misalnya kau dituduh mencuri hanya karena alibi bahwa kau ada di tempat kejadian atau orang yang sering datang k tempat kejadian dan orang-orang menyalahkanmu, benci dan tidak ingin berteman denganmu. Menurutku itu bukan salah kita ataupun menyalahkan orang lain (jika memang tidak mencuri) mereka bebas berekspresi dengan pemikiran mereka sendiri begitupun dengan kita sendiri bebas tetap pada argumen, alasan dan penolakan terhadap fitnah tersebut. Tapi jika aku dituduh mencuri aku hanya akan mengatakan “ sekalipun aku tidak punya uang, mencuri tidak akan pernah kujadikan suatu pilihan. orangtuaku masih mampu , sekalipun sudah tidak mampu membiayaiku tetap insya Allah aku tidak akan mencuri ”. jika mereka tetap tidak percaya, maka kecilkanlah suaramu biarkanlah Allah yang membuktikannya.
Sungguh beragam orang-orang yang kukenal sekarang. Aku sangat bersyukur pernah mengenal kalian walaupun ada yang tidak kusuka tapi kalian telah mengisi lembaran cerita hidupku. Apabila kalian hilang maka ibarat suatu cerita yang satu atau dua lembar halamnnya hilang maka tidak sempurnalah cerita tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar